Wednesday, March 28, 2012

Walahar - Benhil

Jalan itu bernama Jalan Bendungan Walahar. Tapi banyak orang menyebutnya Walahar saja atau Walahar Benhil. Bagi kebanyakan orang, mungkin jalan ini gak penting-penting banget. Tapi bagi mereka yang berkantor di Gedung GKBI, Gedung BRI I, dan Gedung BRI II, Walahar adalah segalanya. Bagi mereka, Walahar adalah sebuah ekosistem yang bila ditiadakan maka tiada pula mereka (aku pula diantaranya hahaha...).

Di jalan yang membentang hanya sekitar 300-an meter ini, dijumpai pedagang berderai-derai jumlahnya. Pedagang makanan tentu yang paling banyak. Ada sobet alias soto betawi - mmmhh kalo masakan padang jangan diitung deh, udah pasti ada itu mah, banyak pula jumlahnya :) - ada gado-gado, sate padang, sate kambing, sate ayam, ayam goreng, pecel lele, cendol... alamak tak sanggup aku nyebutin satu persatu... pokonya banyak dah... Dan bila jam istirahat tiba, hampir seluruh warung makan itu dijubali oleh para kontestan The Hunger Game alias karyawan yang memang bekerja hanya untuk mencari sesuap nasi (dan aku pula diantaranya hahaha...).

Suasana Jl. Bendungan Walahar ke arah Jembatan Semanggi
Suasana Jl. Bendungan Walahar ke arah Benhil

Suasana Gang Monyet
 
Persis di depan penjual Es Podeng, terdapat sebuah gang yang di salah satu sisinya terdapat penjual makanan. Ada yang bilang gang itu namanya Gang Monyet. Konon katanya, dulu ada orang piara monyet di sekitar gang itu, makanya dinamakan gang monyet. Tapi sepertinya sekarang teori itu udah usang. Menurut teori terbaru, gang itu dinamakan gang monyet karena sekarang banyak monyet yang lalu lalang mencari makan tiap harinya melewati gang itu (aku pula diantaranya hahahaha...)

Selain hamparan Walahar yang memanjakan perut, mereka yang berkantor di gedung GKBI, gedung BRI I, dan gedung BRI II juga punya area berlenjeh-lenjeh yang cukup nyaman. Di antara ketiga gedung ini, tepatnya dibagian belakang gedung BRI II, ada sebuah taman hijau yang terawat dengan baik. Terdapat pohon-pohon yang sudah besar ukurannya. Itu artinya pohon-pohon itu sudah lama berada disana (jiaaahhh jin budek juga paham kaleeee...). Ada juga kolam berbatu tapi tak berikan. Dan yang paling menarik ada orang yang melamun eh, maksudnya taman itu dilengkapi dengan tempat duduk yang enak kalo dipake melamun sendirian. Tapi sayang, rumput yang hijau menyejukan itu diantaranya ada yang mati karena sering diinjak-injak (dan tentu ada aku diantara pelakunya hiks..hiks..hiks... maapin gw ya put...). 

Topik lamunan Si Bapak: "Oh... udah tanggal 28 Maret, belum lapor SPT euy. 
Semalem Gw liat tipi, Gayus lagi maen games di tahanan,
pengen rasanya ngejejilin SPT ke mulutnya ampe mulutnya robek-robek tak bertuan "

 Gedung Wisma GKBI tampak di belakang berjarak selemparan batu.

 Menuju gedung BRI II lewat pintu belakang

 Hijau menyejukkan hati bak mendengar alunan lagu Bang Haji Rhoma Irama

 Bentangan tali untuk memagari rumput yang sedang di renovasi

 Numpang lewat...

 Nyiur melambai...

 Dari gedung parkir

 Kolam berlatar Gedung BRI II

Pohon Kamboja di tepi kolam

Thursday, March 22, 2012

Jembatan Semanggi

Jembatan  Semanggi merupakan salah satu proyek mercusuar yang di gagas Presiden Soekarno. Dibangun pada tahun 1961 dengan konstruksi menyerupai tumbuhan Semanggi (marsilea mutica), jembatan ini menjadi urat nadi sistem transportasi di Jakarta.


Melalui jembatan ini pengguna jalan bisa melanjutkan perjalan ke empat penjuru mata angin dari arah mata angin manapun. Desainnya yang unik memungkinkan jembatan ini tak berlampu lalulintas seperti halnya perempatan jalan pada umumnya.

Sekitar Jembatan Semanggi

Berikut adalah beberapa poin disekitar Jembatan Semanggi:
  • Lingkaran Utara: Gedung GKBI - Gedung BRI II -Gedung BRI I -Pasar Benhil
  • Lingkaran Timur: UNIKA Atmajaya, RS. Jakarta, Plaza Semanggi (Gedung Veteran )
  • Lingkaran Selatan: Polda Metro Jaya (KOMDAK), Bursa Efek Indonesia, SCBD.
  • Lingkar Barat: Gelora Bung Karno, Hotel Sultan
Intermezo

Suatu pagi selepas subuh di tahun 1980-an, Abah seperti biasanya berjalan-jalan menikmati udara pagi. Jam masih menunjukan pukul 05.30 ketika ada seorang laki-laki yang sudah berumur sedang mengayuh sepedanya dan berhenti menghampiri Abah yang saat itu sedang mengobrol dengan temannya. Dan mereka bertiga pun terlibat obrolan pagi itu.

Cerita Abah, laki-laki itu amat misterius. Menurut pengakuannya, dia keluar dari rumahnya di Jakartaselepas subuh atau sekitar jam 4.30 pagi. Dan dengan sepedanya itulah dia sampai ke daerah tempat tinggal kami pada pukul 5.30 atau sekitar 1 jam perjalanan. Bagi Abah, dan tentu saja bagi kami yang mendengar cerita tersebut, itu adalah sesuatu yang mustahil mengingat jauhnya jarak yang ditempuh. Kami tinggal di Cigading, sebuh desa yang terletak 10 km di sebelah barat Kota Cilegon. Yang artinya, jika omongan laki-laki itu benar, maka dia mengayuh sepedanya sejauh 150-200 km dalam waktu hanya satu jam. Mustahil bukan. Abah sendiri sebenernya tidak percaya dengan omongan lelaki misterius tersbut.

Singkat cerita, teman ngobrol Abah pagi itu memang berniat pergi ke Jakarta mengantarkan pesanan batu karang. Mengetahui hal itu, lelaki tua tadi minta tumpangan pulang ke Jakarta.

Menerut cerita teman Abah, Lelaki tua tersebut meminta untuk diturunkan di daerah pasar Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Berdasarkan obrolan sepanjang perjalanan antara Cigading - Jakarta, Lelaki tua itu mengaku bernama Rasijah Lang Lang Buana. Apabila ingin menemuinya, teman Abah tadi disuruh datang menemuinya di atas Jembatan Semanggi pada malam Jumat setiap purnama!!! (aih... susah banget kayaknya nemuin bapak tua ini).

Anda berminat menemuinya?